Bagaimana Sikap Kita Terhadap Dakwah Salafi ?

Posted by

Bagaimana Sikap Kita Terhadap Dakwah Salafi ?

Bagaimana Sikap Kita Terhadap Dakwah Salafi
Abdur Rauf (1406598352)


Pendahuluan

Perdebatan tentang cara dakwah salafi di Depok akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat hampir disetiap pengajian bapak-bapak malam jumat dan ibu-ibu majelis taklim. Berbagai diskusi dan tanya jawab telah dilakukan untuk menjembatani perbedaan gaya dakwah salafi dengan dakwah organisasi Islam lainnnya, seperti NU dan Muhammadiyah. Islam merupakan way of life  yang menganut pluralitas terhadap perbedaan pola pikir dan cara pandang para pemeluknya; sebab perbedaan itu ialah sunnatullah. Andaikata dunia ini isi kepala manusia seragam maka dipastikan dunia tidak akan dinamis.

Perbedaan dalam Islam ini harus didasari atas keyakinan bahwa perbedaan adalah rahmat untuk menggapai persatuan yang dinamis; perbedaan harus disikapi keterbukaan menerima bukan menjadi penghalang untuk hidup bersama apalagi sampai terjadi perselisihan. Perbedaan bisa menjadi masalah serius jika disikapi rasa fanatisme paling merasa benar dari satu golongan. Perbedaan inilah yang harus cepat dihindari dari kedua belah pihak yang saling merasa benar sendiri. Nah kiranya menarik melihat permasalahan dakwah salafi di Depok ini dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap perbedaan dakwah tersebut.

Pembahasan

Seperti diketahui salafi mengklaim bagian dari Islam Sunni hal ini dapat di lihat dari pokok ajarannya yaitu menghidupkan kembali praktek Islam ritual ibadah maupun muamalah seperti pada masa Nabi Muhammad saw tapi tidak menghendaki inovasi atau bidah. Padahal waktu jaman Nabi belum ada istilah salafi. Dakwah salafi adalah ajakan untuk memurnikan agama Islam dengan kembali kepada Alquran dan Sunnah dengan menggunakan pemahaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Kata salaf merupakan kependekan dari salafus shalih (kaum shalih yang terdahulu), yang merupakan julukan atas tiga generasi awal umat Islam, yaitu generasi sahabat, tabiin dan tabiit tabiin. Dewasa ini kelompok yang mengatasnamakan dirinya salafi merujuk pada pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabiyah) dan Ibnu Taimiyah. Kedua Ulama tersebut dikenal sebagai ulama yang paling puritan yang gigih memperjuangkan kemurnian Islam. Salafi yang dikenal saat ini dalam berdakwah kurang memahami akulturasi budaya dan Islam dalam masyarakat Indonesia, mereka sering menolak perayaan Maulid, tahlilan serta wiridan khas NU bahkan salafi sampai ada yang memperolok orang-orang tersebut. Salafi menolak penambahan dalam ibadah tersebut karena tidak adanya dalil yang menunjukkan langsung bahwa Nabi pernah melakukan hal tersebut. Inilah yang menjadikan dakwah salafi mendapat sorotan dari berbagai pihak yang merasa terusik karena sudah terbiasanya beragama Islam seperti itu. Persoalan ini bisa merembet kepada persoalan politik skala nasional jika terus dibiarkan.

Islam sebagai sebuah agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw yang utamanya memperbaiki akhlak manusia sudah seharusnya pemeluknya mengikuti cara hidup bermasyarakat yang dicontohkan masyarakat di Madinah. Saat itu berbagai agama, suku, dan kelompok agama dapat hidup rukun menghargai satu sama lain.  Kerukunan hidup beragama harus terus diusung sebagai gagasan utama dalam hidup bermasyarakat. Mewujudkan gagasan ini diperlukan modal dasar yang penting yaitu sikap toleransi yang harus dimiliki setiap individu, kelompok dan golongan yang hidup ditengah-tengah masyarakat pluralis.

Di daerah Depok bagian selatan sendiri, yang mayoritas penduduk Islamnya adalah sunni yang bermanhaj NU, polemik salafi dengan orang-orang bermanhaj NU sudah terjadi lama tapi tidak separah dan setajam seperti di daerah Aceh. Kasus hadirnya salafi di Aceh berdampak keluarnya fatwa para ulama Aceh yang dikeluarkan pada 27 Sya'ban 1435 H/ 25 Juni 2014 ini yang menyebutkan bahwa pengajian Kelompok Salafi di Gampong Pulo Raya Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie dan ditempat lainnya adalah sesat dan meminta pemerintah untuk segera menutup pengajian, penyiaran dan ceramah serta melarang aktivitas kelompok Salafi. Sedangkan yang terjadi di Depok masih terdengar samar-samar saling mengejek dan menghujat dalam beberapa ceramah dari masing-masing dai NU maupun salafi di hadapan jamaahnya sendiri, tidak sampai pada tahap yang mengkhawatirkan dari kedua belah pihak. Selama ini perbedaan yang terjadi sudah disampaikan secara persuasif, keduanya sama-sama mengamini bahwa beda manhaj tidak harus terus diperselisihkan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyikapi perbedaan dakwah salafi ini antara lain: Pertama, menanamkan pondasi agama yang kuat yang terdiri atas aqidah, syariat, dan akhlak yang nantinya hal ini akan membentuk pribadi muslim yang kokoh yang tidak mudah goyah untuk di pengaruhi oleh ajaran apa pun yang melenceng. Kedua, rasa menghormati perbedaan agar dapat hidup berdampingan seperti halnya hidup rukun berdampingan dengan pemeluk agama selain Islam. Ketiga, harus menyadari bahwa sebagai Islam yang mayoritas non salafi untuk jangan mempengaruhi, memaksa dan membubarkan salafi karena perbedaannya tersebut. Keempat, mewaspadai pihak-pihak yang mencari kesempatan untuk mencederai kerukunan dalam perbedaan ini. Kelima, menghormati wilayah dan etika sosial masing-masing pengikut. Keenam, individu, kelompok atau golongan jangan mengambil sikap menghakimi sendiri jika tidak mengetahui secara betul duduk persoalan konflik yang akan terjadi.

Kesimpulan

Sebagaimana perbedaan salafi dengan NU dan Muhammadiyah ini tidak akan ada habisnya. Pangkal persoalan yang berasal dari ideologi serta manhaj yang berbeda akhirnya menjadi persoalan saling hujat menghujat dan memperolok yang berkepanjangan yang entah sampai kapan akan berakhir. Di Depok yang mayoritas NU dan Muhammadiyah dapat meredam polemik tentang salafi agar tidak meluas menjadi konflik dengan skala ketegangan tinggi.

Perbedaan, sama dengan persatuan adalah sebuah sunnatullah atau keniscayaan, sesuatu yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari. Begitu juga perbedaan yang terdapat antara kelompok salafi dan non salafi ini. Sikap toleransi merupakan salah satu sikap penting yang harus dimiliki setiap individu untuk bisa menerima perbedaan ini dan untuk saling menjaga kerukunan umat Islam di masyarakat. Selain itu usaha yang terus menerus untuk menjembatani perbedaan dari aliran salafi ini oleh pihak-pihak yang berwenang dan kompeten harus tetap dilakukan.



Demo Blog NJW V2 Updated at: Minggu, Januari 18, 2015

0 komentar:

Posting Komentar