Demografi, Etnografi dan Historiografi Timur Tengah (bag.5]

Posted by

Periodisasi Sejarah

6.      Periodisasi Sejarah
Sejarah berjalan dari masa lalu, ke masa kini dan melanjutkan perjalanannya ke masa depan. Dalam perjalanannya, unit sejarah selalu mengalami pasang surut dalam interval yang berbeda-beda. Di samping itu, dalam mempelajari sejarah yang sudah berjalan cukup panjang, kita akan mengalami kesulitan jika tidak membagi sejarah ke dalam beberapa periode, di mana setiap periode merupakan satu kebulatan untuk satu jangka waktu tertentu. Rangkaian dari periode sejarah yang termuat dalam satu kerangka inilah yang dinamakan periodisasi sejarah.

Para ahli sejarah memberikan identifikasi khusus yang berbeda-beda untuk menetapkan suatu periode sejarah. Sebagaimana diuraikan sebagai berikut:[1]
1.  Berdasarkan bentuk negara atau sistem politik yang dianut oleh suatu pemerintahan, dengan alasan persoalan politik sangat menentukan perkembangan aspek-aspek peradaban tertentu.
2.   Berdasarkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, dengan alasan faktor ekonomi sangat berperan dominan dalam mendorong terjadinya proses integrasi suatu masyarakat. Ekonomi juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi integrasi sosial, politik, budaya dan sebagainya.
3.      Berdasarkan tingkat kemajuan peradaban (civilization).
4.      Berdasarkan tingkat kemajuan kebudayaan (culture).
5.      Berdasarkan masuk dan berkembangnya suatu agama.

Menurut Ahmad al-Usairy dalam At-Tarikh Al-Islamy, menyebutkan periodisasi sejarah Islam secara lengkap dapat dibagi dalam periode-periode sebagai berikut[2]:
1.      Periode Klasik (masa Nabi Adam – sebelum diutusnya Rasulullah saw). Periode ini merupakan fase sejarah sejak Nabi Adam dan dilanjutkan dengan masa-masa para nabi hingga sebelum diutusnya Rasulullah saw.
2.   Periode Rasulullah saw (570 - 632 M / 52 SH – 11 H). Dalam periode ini diuraikan tentang berdirinya negara Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah dan menjadikan Madinah sebagai awal pusat semua aktifitas negara yang kemudian meliputi semua jazirah Arab. Sejarah pada periode ini merupakan sejarah yang demikian indah yang seharusnya dijadikan contoh oleh kaum muslimin, baik penguasa maupun rakyat biasa.
3.   Periode Khulafaur Rasyidin (632 – 661 M / 11 H – 41 H).Pada masa ini terjadi penaklukan-penaklukan oleh umat Islam di Persia, Syiria, Mesir, dan lain-lain. Pada periode Khulafaur Rasyidin ini, umat betul-betul berada dalam manhaj Islam yang benar.
4.     Periode Pemerintahan Bani Umayyah (661 – 749 M / 41 H – 132 H). Pada masa ini pemerintahan Islam mengalami perluasan yang demikian signifikan. Hanya ada satu khalifah dalam pemerintahan Islam yang demikian luasnya itu. Sayangnya, komitmen kepada syariat Islam mengalami sedikit kemerosotan dibandingkan periode sebelumnya.
5.      Periode Pemerintahan Bani Abbasiyah (749 – 1258 M / 132 H – 656 H). Periode ini memiliki karakter khusus yang ditandai dengan kemunculan beberapa pemerintahan dan kerajaan yang independen, di mana sebagiannya telah memberikan kontribusi yang besar terhadap Islam. Masa ini juga banyak ditandai dengan munculnya gerakan kebatinan dan pemerintahan Syi’ah. Pada masa ini pula muncul gerakan Perang Salib yang dilakukan oleh negara-negara Eropa yang menaruh kebencian dan dendam pada negara-negara Islam di kawasan Timur. Pemerintahan Abbasiyah hancur bersamaan dengan penyerbuan orang-orang Mongol yang melumatkan pemerintahan Bani Abbasiyah ini.
6.      Periode Pemerintahan Mamluk (1250 – 1517 M / 648 H – 923 H). Goresan sejarah Islam paling penting di masa ini adalah berhasil dibendungnya gelombang penyerbuan pasukan Mongol ke beberapa belahan negara Islam. Juga berhasil dihabiskannya eksistensi kaum Salibis dari negara Islam.
7. Periode Pemerintahan Turki Utsmani (1517 1923 M / 923 H – 1342 H). Pada awal pemerintahannya, periode Turki Utsmani telah berhasil melakukan ekspansi wilayah Islam, terutama di kawasan Eropa Timur. Pada saat itu Hongaria berhasil ditaklukkan, demikian pula dengan Albania, Yunani, Rumania, Serbia dan Bulgaria. Pemerintahan Turki Utsmani juga telah mampu melebarkan kekuasaannya ke kawasan timur wilayah Islam. Namun pada masa akhir pemerintahan, kaum kolonial berhasil menaburkan benih pemikiran nasionalisme. Kemudian pemikiran ini menjadi pemicu hancurnya pemerintahan Islam serta terkoyak-koyaknya kaum muslimin menjadi negeri-negeri kecil yang lemah dan terbelakang serta jauh dari agama  mereka.
8.   Periode Dunia Islam Kontemporer (1922 – 2000 M / 1342 – 1420 H). Periode ini merupakan masa sejarah umat Islam sejak berakhirnya masa Pemerintahan Turki Utsmani hingga perjalanan sejarah umat Islam pada masa sekarang.[3]

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu Periode Klasik, Periode Pertengahan  dan Periode Modern[4].
A.    Periode Klasik (650 – 1250 M). Periode Klasik ini dapat pula dibagi ke dalam dua masa; Masa Kemajuan Islam I dan Masa Disintegrasi.
1.      Masa Kemajuan Islam I (650 – 1000 M)
Masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Dalam hal ekspansi, sebelum Rasulullah saw wafat pada tahun 632 H, seluruh semenanjung Arabia telah tunduk di bawah kekuasaan Islam. Ekspansi ke daerah-daerah di luar Arab dimulai pada zaman khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shidiq.
                                           I.         Khulafaur Rasyidin
Khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shidiq memerintah pada tahun 632 M, tetapi dua tahun kemudian beliau meninggal dunia. Masanya yang singkat itu digunakan untuk memerangi kaum muslimin yang murtad setelah Rasulullah saw wafat dan mereka tidak mau tunduk kepada khalifah. Setelah perang tersebut, Abu Bakar mulai mengirim kekuatan-kekuatan ke luar jazirah Arab. Khalid bin Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai al-Hirah pada 634 H.
Usaha-usaha yang dimulai oleh Abu Bakar ash-Shidiq dilanjutkan oleh khalifah kedua, Umar bin Khattab (634 – 644 M). Dizamannyalah gelombang ekspansi pertama terjadi, sehingga kekuasaan Islam telah meliputi selain Semenanjung Arabia, juga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
Pada zaman Usman bin Affan (644 – 656 M), Tripoli, Ciprus dan beberapa daerah lain dapat dikuasai, namun gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini. Di kalangan umat Islam mulai terjadi kekacauan dan perpecahan karena masalah pemerintahan yang menyebabkan Khalifah Usman bin Affan wafat terbunuh.
Sebagai khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib (656 – 661 M) mendapat tantangan dari Muawiyah, gubernur Damaskus, dari golongan Thalhah dan Zubair di Mekkah dan dari kaum Khawarij. Khalifah Ali bin Abi Thalib wafat terbunuh dan Muawiyah menjadi khalifah kelima yang kemudian membentuk Dinasti Umayyah.

                                   II.              Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayyah yang didirikan Muawiyah bin Abi Sufyan berusia kurang lebih 90 tahun dan di zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman khalifah sebelumnya, dimulai kembali. Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman ini adalah Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek dan Kirgis (di Asia Tengah). Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang membuat Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru, walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab. Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik, sehingga orang-orang bukan Arab telah mulai pandai berbahasa Arab.
Itulah diantara kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Bani Umayyah yang mencapai puncaknya pada masa al-Walid I. Setelah itu kekuasaan mereka menurun hingga akhirnya ditumbangkan oleh Bani Abbasiyyah di tahun 750 M.

                                  III.            Bani Abbasiyah
Walaupun Abu al-Abbasiyah yang mendirikan dinasti Abbasiyah, tetapi yang menjadi pembangun sebenarnya adalah al-Mansur (754 – 775 M). Sebagai khalifah yang baru Al-Mansur merasa kurang aman berada di tengah-tengah Arab, sehingga ia mendirikan ibukota baru sebagai ganti Damaskus, Baghdad didirikan di dekat bekas ibukota Persia, Ctesiphon. Dalam bidang pemerintahan, al-Mansur mengadakan tradisi baru dengan mengangkat wazir yang membawahi kepala-kepala departemen.
Pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, didirikan rumah sakit, pendidikan dokter, farmasi hingga pemandian-pemandian umum. Anaknya, al-Ma’mun meningkatkan perhatian pada ilmu pengetahuan. Ia mendirikan Baitul Hikmah sebagai pusat pendidikan, menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan mendirikan sekolah-sekolah. Pada masanya, Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Khalifah al-Mu’tashim mendatangkan orang-orang Turki untuk menjadi tentara pengawalnya. Dengan demikian pengaruh Turki mulai masuk ke pemerintahan Bani Abbasiyah. Tentara Turki ini kemudian menjadi sangat berkuasa di istana sehingga khalifah-khalifah pada akahirnya hanya menjadi boneka di tangan mereka.
Khalifah terakhir dari dinasti Bani Abbasiyah adalah al-Mu’tashim Billah. Pada masa ini Baghdad dihancurkan oleh Hulagu dari Mongol pada tahun 1258 M. Dengan demikian, apabila Bani Umayyah dengan Damaskus sebagai ibukotanya, kental dengan kebudayaan Arab, Bani Abbasiyah dengan ibukota Baghdad, telah agak jauh dari pengaruh Arab, karena telah banyak dipengaruhi oleh unsur Persia.

2.      Masa Disintegrasi (1000 – 1250 M)
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman Bani Umayyah, namun memuncak pada zaman Bani Abbasiyah terutama setelah khalifah-khalifah menjadi lemah dalam tangan tentara pengawal Turki. Daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat pemerintahan, kemudian melepaskan diri dan membentuk dinasti-dinasti kecil. Disintegrasi dalam bidang politik ini membawa pada disintegrasi dalam bidang kebudayaan dan agama yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam menjadi besar. Dengan adanya daerah-daerah yang berdiri sendiri itu, selain Baghdad timbul beberapa pusat kebudayaan lain terutama Kairo di Mesir, Cordova di Spanyol, Isfahan, Bukhara dan Samarkand di Timur sehingga menyebabkan bahasa Persia meningkat menjadi bahasa kedua di dunia Islam.

B.     Periode Pertengahan (1250 – 1500 M)
1.      Masa Kemunduran I (1250 – 1500 M)
Pada zaman ini Jenghiz Khan dan keturunannya dari Mongolia datang menghancurkan Islam. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam jatuh ke tangannya. Pada masa ini desentralisasi dan disintegrasi dalam dunia Islam semakin meningkat. Di zaman ini pula hancurnya khilafah secara formal. Islam tidak lagi mempunyai khalifah yang diakui oleh semua umat sebagai lambing persatuan, hingga Kerajaan Usmani mengangkat khalifah yang baru di Istanbul pada abad 16. Bagian yang merupakan pusat dunia Islam, jatuh ke tangan bukan Islam untuk beberapa waktu, terlebih dari itu, Islam lenyap dari Spanyol.

2.      Masa Tiga Kerajaan Besar (1500 – 1800 M)
a.       Fase Kemajuan (1500 – 1700 M)
Fase kemajuan ini merupakan kemajuan Islam II. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Sultan Muhammad al-Fatih dari Kerajaan Usmani mengalahkan kerajaan Bizantium dengan menduduki Istanbul di tahun 1453 M. Dengan demikian ekspansi ke Barat berjalan lebih lancar. Kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni yang merupakan sultan Usmani yang terbesar. Di masa kejayaannya, daerah kekuasaan Kerajaan Usmani mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz,Yaman, Mesir, Libia, Tunis, Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania.

Di Persia, muncul satu dinasti baru yang kemudian merupakan suatu kerajaan besar di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi, Syaikh Safiuddin (1252 – 1334 M) dari Ardabil di Azerbaijan. Syaikh Safiuddin beraliran Syi’ah dan mempunyai pengaruh besar di daerah itu. Cucunya, Syaikh Ismail Safawi dapat mengalahkan dinasti-dinasti lain sehingga akhirnya Dinasti Safawi dapat menguasai seluruh daerah Persia.

Kerajaan Mughal di India yang beribukota di Delhi, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482 – 1530 M), salah seorang dari cucu Timur Lenk. Setelah menundukkan Kabul (Afghanistan), ia menyeberang ke India pada tahun 1505 M hingga akhirnya Lahore dan India Tengah dapat dikuasainya. Di India, bahasa Urdu meningkat menjadi bahasa literatur dan menggantikan bahasa Persia. Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan di periode ini antara lain Taj Mahal, Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Akan tetapi perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam sedang mengalami kemerosotan. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu juga mulai muncul sebagai bahasa penting dalam Islam. Kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan semakin menurun.

b.      Fase Kemunduran II (1700 – 1800 M)
Pada masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam semakin menurun. Perdagangan dan ekonomi umat Islam juga jatuh dengan hilangnya monopoli dagang antara Timur dan Barat dari tangan mereka. Ilmu pengetahuan dalam keadaan stagnansi, tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat, umat Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistis dan dunia Islam mengalami kemunduran dan statis.

Sementara Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan laba dari perdagangan langsung dengan Timur Jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat, yang kekuatannya bertambah besar ke dunia Islam yang didudukinya, kian lama bertambah mendalam. Akhirnya pada tahun 1798 M, Napoleon menduduki Mesir, yang merupakan salah satu pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi kehidupan Islam sendiri.

C.    Periode Modern (1800 M – sekarang)
Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir akan kemunduran dan kelemahan umat Islam saat ini di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan yang telah pincang dan membahayakan bagi Islam. 

Kontak Islam dengan Barat saat ini sangatlah berbeda dengan saat periode klasik. Pada periode klasik, Islam sangat gemilang dan Barat sedang berada dalam kegelapan. Sedangkan pada masa modern ini, keadaan menjadi sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan Barat tampak gemilang. Oleh karena itu, pada saat ini yang terjadi justru sebaliknya, Islam yang ingin belajar dari Barat, lantaran kemajuan-kemajuan bangsa Barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban.



[1] Drs. Nourouzzaman Shiddiqie, Pengantar Sejarah Muslim (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983), h. 65.
[2] Ahmad al-Husairy, Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Terjemahan dari At-Tarikh al-Islamy), cetakan keempat (Jakarta: Akbar, 2006), h. 4-8.
[3] Ahmad al-Husairy, menyebut periode Dunia Islam Kontemporer dimulai sejak tahun 1922-2000, karena penulisan buku Tarikh al-Islamy yang ia tulis, diakhiri sampai kondisi umat Islam pada tahun 2000. Buku tersebut juga ditulis dan diterbitkan pada tahun 2000.
[4] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI Press, 2011), h. 50.

Selesai.


Demo Blog NJW V2 Updated at: Selasa, Januari 06, 2015

0 komentar:

Posting Komentar