Tanggal 9 september kemarin, saya mengikuti mata kuliah Kebudayaan
dan Peradaban Timur Tengah dan Islam. Dosennya kebetulan Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis,
MA. Waaah, dosen favorit saya niihh,
hehe. Dalam mata kuliah tersebut beliau banyak memberikan pencerahan-pencerahan
dalam berbagai disiplin ilmu di samping kajian utama mata kuliah yang beliau
ampu tentunya, mulai dari Demografi, Etnografi sampai Historiografi kawasan-kawasan
Middle East yang notabene merupakan wilayah kajian kepakaran beliau di bidang
Sejarah Islam. Di samping itu juga beliau banyak memberikan motivasi,
saran-saran dan teknik-teknik penelitian yang lebih komprehensif. Sistem
perkuliahan yang diterapkan tidak jauh beda dengan ‘gaya ngampus’ kebanyakan yaitu makalah
dan presentasi kelompok kemudian di tengah jalan dosen akan menambahkan maupun
mengoreksi materi presentasi kelompok yang bersangkutan.
Di akhir-akhir kuliah, beliau memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan berdialog berkenaan dengan materi yang
disampaikan. Waaahh., ‘it’s my turn’ dalam benak saya. Hehe (biasaaa, CPCP ala
mahasiswa yang kata Dr. Hendra Kurniawan menunjang nilai... hehe), tapi
sebenarnya bukan hanya itu kok, murni because of knowledge curiosity... hahaha.
Lebaaayy...
Baik kembali ke topik, setelah beberapa pertanyaan terlontar
dari para calon Master Segala Ilmu (calon M.Si. gituuu) hahaha. Akhirnya dengan
tangan gemetaran saya unjuk gigi juga, eehh unjuk jari..., maklum newbie goes to campus, belum merasakan pahit getirnya belantika dunia persilatan di IASTH... asiiieek haha-haayy...
Saya mempertanyakan satu hal yang sempat disinggung di awal-awal kuliah
mengenai teknik-teknik penelitian. Saya bertanya mengenai objektifitas seorang
peneliti atau penulis dalam menyajikan sebuah tulisan ilmiah ketika dihadapkan
pada dua sisi kajian yang kontradiktif, pada saat itu saya mencontohkan ketika
seorang penulis dihadapkan pada dua doktrin sekte teologis islam yang secara
historis kultural sangat bertentangan yaitu Sunni dan Syiah. Selain itu juga
saya mencontohkan pandangan Sunni dan Mu’tazilah yang secara teologis
fundamental juga sangat kontradiktif dalam corak pandang Teologi Islam. Yang saya
tangkap dari jawaban yang beliau berikan adalah kata kunci “Tawaqquf” dan “Apologetik”.
Tawaqquf disini intinya adalah memaparkan hasil
penelitian dalam kesimpulan disertai argumentasi dan berhenti pada
ketidak-tahuan berdasarkan dualisme versi tersebut untuk menghindari ‘Jidal’ atau debat kusir yang tak
berkesudahan. Kemudian Apologetik yaitu sifat pembelaan terhadap salah satu sisi
kajian tersebut yang SEHARUSNYA DIHINDARI. Namun lebih jauh, beliau memaparkan bahwa
terkadang apologetik juga sebaiknya ditampilkan explisit bukan hanya dalam
corak atau warna tulisan secara implisit kalau fokus permasalahannya adalah kajian mashlahah
yang tentu tujuan utamanya adalah gaining values melalui pendekatan empiris sehingga mashlahah yang dihasilkan lebih relevan dengan tuntutan zaman dan tidak menyimpang dari nilai-nilai normatif. Dalam hal ini dicontohkan
bahwa beliau juga pernah menunjukkan sisi apologetik tersebut dalam sebuah
papers yang membela ideologi mu’tazilah (ingat: dalam hal tertentu yang beliau
tidak sebutkan dalam perkuliahan tersebut) karena menurut beliau hal itulah yang
lebih dibutuhkan ummat dalam menjawab tantangan zaman dan globalisasi.
Singkatnya, dari hasil pengamatan dan penelitian... wuiiihhh
ajib bener.. hehe. Prof. Amany adalah salah seorang cendekiawan muslim (Muslim
Scholars) yang sangat fleksibel dalam memandang kebutuhan-kebutuhan ummat sekaligus
idealis dalam mempertahankan keyakinan yang beliau anggap benar dari sisi
teologis. Semoga keberkahan hidup selalu menyertai beliau dan dikaruniai umur panjang
sehingga memberikan kontribusi yang lebih banyak terhadap khazanah keilmuan Islam serta keistiqamahan dalam menuntun ummat
menjawab tantangan globalisasi lewat
pikiran-pikiran beliau. Amiin.
Wallahu A'lamu bi ash-Showab.
She is one of my inspirations in my life too, Zain. And I do like the way she's teaching us, even if I'm quiet and not ask any questions in class
BalasHapusIya bu'... Beliau sangat berkarakter. Semoga beliau tetap sehat wal 'afiat, selalu dalam lindungan Allah swt.
BalasHapus