Demografi, Etnografi dan Historiografi Timur Tengah [bag.2]

Posted by

Etnografi Kawasan Timur Tengah

3.  Etnografi Kawasan Timur Tengah
Etnografi kawasan timur tengah terdiri dari hal-hal yang berkaitan dengan bahasa, agama, serta suku-suku atau golongan yang berkembang.


a.  Bahasa
Para arkeologis pada abad 18 dan 19 masehi menunjukkan bahwa tedapat masyarakat dan bahasa yang oleh ahli perjanjjian lama disebut Semit. Bahasa-bahasa itu berasal dari satu keluarga demografis. Dewasa ini apa yang disebut bahasa Semit dapat digolongkan sebagai berikut:
1.      Setengah kawasan bagian Utara:
Timur: Akkad atau Babylonia. Utara: Aram dengan ragam timurnya dari bahasa Syiria, Mandea, dan Nabatea, serat ragam baratnya dari Samaritan, Arab Yahudi dan Palmyra. Barat: Foenesia, Ibrani Injil, dan dialek Kanaan lainnya.
2.      Setengah kawasan bagian Selatan
Utara: Arab. Selatan: Sabea atau Himyari, dengan ragam dan dialek Minaea, Mahri dan Hakili.[1] Hampir semua bahasa ini kini sudah punah, hanya bahasa Arab yang masih hidup.[2]

Gelombang emigrasi dari Jazirah Arab ke Sabit Subur pada abad 3000-1800 SM, telah menyebarkan bahasa Akkad ke seluruh wilayah ini. Yang dibuktikan oleh lembaran Amarna di Mesir. Bahasa Aram kemudian menggantikan bahasa Akkad setelah 1200 SM, digunakan diseluruh Sabit Subur. Bahasa Aram juga telah menggantikan bahasa Ibrani, bahasa Kanaan dan menjadi bahasa daerah orang Yahudi di Asia Barat. Sampai kemudian Islam datang pada abad ke-7 M. bahasa Arab kemudian menggantikan bahasa Aram di seluruh Asia Barat. Dewasa ini bahasa Arab merupakan bahasa daerah sekitar 150 juta orang di Asia Barat dan Afrika Utara yang merupakan dua puluh dua Negara yang menjadi anggota liga negara-negara Arab.[3]

Bahasa Arab menyumbang 40-60 persen kosakata untuk bahasa-bahasa ini, Persia, Turki, Urdu, Melayu, Hausa, dan Sawahili. Dan bahasa Arab juga kuat pengaruhnya pada tata bahasa, ilmu nahwu dan kesusasteraannya. Sayangnya sangat sedikit catatan tertulis mengenai hal ini sebelum Islam.
Pada abad ke 4 M, pada masa pemerintahan  Dinasti Sasanid yang menjadi bahasa Persia resmi yaitu bahasa Pahlavi. Dan juga menjadi bahasa kitab suci mereka, Avesta. Oleh karena itu, pengaruh kitab agama ini dalam memelihara dan memperkembangkan bahasa Pahlavi sangat besar.

b.  Agama
Sebagian dari ahli-ahli sejarah agama berpendapat bahwa naluri beragama akan tumbuh dan berkembang, bila fikiran telah maju dan kecerdasan telah tinggi; bila manusia telah sampai kepada taraf berfikir tentang dirinya, bagaimana dirinya diciptakan, tenaga-tenaga dan daya-daya apa yang ada pada dirinya itu, bagaimana dia dapat melihat dan mendengar, dan sebagainya. Sebagaimana termaktub dalam Al- Qur’an surat Adz-dzariyat: 21 yang artinya “Dan dalam diri kamu sendiri ada kebesaran Tuhan, apakah tidak kamu perhatikan?.[4] Pendapat ini seiring dengan adanya salah satu hadits Qudsi yang berbunyi “jika kalian ingin mengenali Tuhanmu,maka kenalilah dirimu”. Sedang sebagian lain dari ahli sejarah agama berpendapat bahwa naluri beragama itu tumbuh dan berkembang, dimana perbedaan gejala-gejala alam amat jelas kelihatannya. Dimana manusia merasa lemah berhadapan dengan gejala-gejala alam itu, maka timbullah keinginannya hendak meminta pertolongan atau meminta perlindungan dari gejala-gejala alam tersebut. Sebagaimana orang primitif; dikala mereka melihat hujan, angin, penyakit, maut, bianatang-binatang buas, mereka merasa lemah maka oleh karena itulah mereka mencari perlindungan. [5]

Bangsa Arab adalah satu dari bangsa-bangsa yang telah mendapat petunjuk. Mereka mengikuti agama nabi Ibrahim. Akan tetapi setelah mengikuti agama nabi Ibrahim mereka kembali menyembah berhala. Berhala-berhala itu mereka buat dari batu dan ditegakkan di Ka’bah. Dengan demikian agama nabi Ibrahim bercampur-aduk lah dengan kepercayaan Watsani, dan hampir-hampir kepercayaan Watsani itu dapat mengalahkan agama nabi Ibrahim. 

A.    Kepercayaan Watsani
Yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah batu dan berhala adalah ketika mereka meninggalkan kota Makkah mereka selalu membawa sebuah batu, diambilnya batu-batu yang ada di haram Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Haram itu, dan untuk memperlihatkan kecintaan mereka terhadap kota Makkah. Kemudian dimanapun mereka berhenti atau menetap, diletakkanlah batu itu dan thowaflah mereka mengitari batu tersebut seperti thowaf saat di Ka’bah. Demikian pun mereka masih tetap memuliakan Ka’bah dan kota Makkah, dan masih mengerjakan haji dan umrah. Akhirnya diantara berhala-berhala itu ada yang mereka pindahkan ke Ka’bah, hingga penuhlah Ka’bah dengan berhala-berhala. Mereka juga tidak lupa akan kedudukan Ka’bah dan mereka tidak mau meletakkan berhala-berhala itu pada tempat lain kecuali yang dekat dengan Ka’bah.[6] Demikian jelaslah bagaimana agama nabi Ibrahim telah tercampur adukan dengan kepercayaan Watsani. Pada dasarnya bangsa Arab menyembah berhala-berhala itu adalah sebagai perantara kepada Tuhan, jadi pada hakekatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka sembah. Sebagaimana tercantum dalam Al- qur’an surat Az-zumar ayat 3 yang artinya “kami tidaklah menyembah mereka, hanya agar mereka menghampiri kami kepada Allah sehampir-hampirnya”.  

B.     Agama Mesopotamia
Intisari karakteristik pengalaman keagamaan Mesopotamia selama tiga milenium sejarahnya dapat digambarkan terdiri dari lima prinsip utama. Yang pertama adalah meihat realitas sebagai susunan dua macam wujud yang secara ontologis berbeda. Yang satu illahiyah, mutlak, abadi, membangitkan rasa takjub dan memerintah, sedangkan yang lainnya adalah material, manusiawi, berubah dan fana, tunduk pada ketentuan illahiah. Prinsip ini disebut dualisme ontologis, mereka memasang fungsi tuhan dengan kekuatana atau fenomena alam seraya tetap mempertahankan bahwa tuhan benar-benar lain atau transenden. Dualisme pencipta dan makhluk membedakan Mesopotamia dengan mesir kuno. Disana fir’aun adalah dewa; piringan matahari dengan sinar panasnya adalah dewa atum. Helai rambut yang tumbuh setelah banjir dengan kehijauan dan kesuburannya adalah dewa Osiris. Keunggulan milik alam yang dalam citranya dewa dan tatanan dewa dipahami, dan dengan mana mereka secara ontologis disamakan. Prinsip ini menaikkan naturalisme di atas makna biasanya dan mengubah menjadi teologi. Sebaliknya, orang Mesopotamia menganggap enlil adalah dewa, namun mereka tidak mengenali dewa dengan penampakannya. Kekuatan alam adalah indeks kehadiran dewa-dewa, alat kekuasaan mereka. Dualisme ontologis juga berbeda dengan agama india. Mesopotamia menganut doktrin dualistis, dimana hanya tuhanlah yang illahiah, sedangkan makhluk adalah makhluk.

Yang kedua adalah bidang illahiah relevan dengan bidang mahluk karena kehendak Tuhan adalah apa yang harus dilakukan makhluk, kehendak ini dapat diketahui melalui wahyu. Ketiga adalah manusia diciptakan bukan untuk kesia-siaan juga bukan untuk manusia itu sendiri, namun untuk mengabdi pada penciptanya, dan pengabdian manusia berupa berupa kepatuhan atau pemenuhan  ketentuan tuhan. Keempat adalah karena manusia dapat melakukan kepatuhan atau pemenuhan seperti itu, dan karena isi ketentuan itu adalah apa yang seharusnya, maka manusia bertanggungjawab. Karena itu manusia akan diberi kemakmuran dan kebahagiaan jika mereka patuh, dan akan diberi hukuman berupa penderitaan dan kemiskinan jika ingkar. Kelima, rencana illahiah berkenaan dengan satu dunia dimana manusia bertindak sebagai kesatuan organik. Karena itu masyarakat, bukan individu,merupakan unit penting realitas. Inilah tujuan penciptaan kosmis pada sisi ketuhanan. Langkah masyarakat merupakan langkah kosmos. Keanggotaan dalam masyarakat, dan kerjasama dengannya menentukan dari sisi humanisme dan moralitas. [7]

C.     Agama Nasrani
Pada tahun 753 SM  agama Nasrani mulai menyebar di kota Roma, yang pada itu kekuasaan wilayah ada di tangan kerajaan Romawi. Agama Nasrani menjadi agama yang umum dipeluk oleh masyarakat setempat. Yang sebelumnya telah menjadi agama yang banyak dianut di masa kekuasaan Yunani. Akan tetapi muncul berbagai aliran di dalamnya. Diantaranya adalah aliran Yaqibah, yang banyak dianut di Mesir, Habsyah, dll. Kemudian aliran Nasthirah, yang banyak dianut di Musil, Irak dan Persia. Dan aliran terakhir yakni aliran Mulkaniyah, yang banyak dianut di Afrika Utara, Sicilia, Syiria Dan Spanyol. [8] Terdapat pula agama-agama minoritas penting lainnya. Seperti: Zoroaster, Al-Manuwiyah, Mazdak.

D.    Agama Zoroaster
Agama ini muncul di abad VII SM. Dimunculkan oleh seorang tokoh bernama Zoroaster yang kemudian terkenal sebagai nabi orang Persia. Ia membawa ajaran baru yang didasarkan pada prinsip-prinsip agama lama yang telah diperbaikinya. Zoroaster lahir di lingkungan suku midia di daerah Azerbaijan dan meninggal pada tahun 583 SM.

Masyarakat Persia, sebelum Zoroaster, mereka menyembah arwah orang orang yang baik. Sementara Zoroaster telah menyatukan tuhan-tuhan baik itu dalam “satu tuhan” yang diberi nama Ahuramazda, demikian pula tuhan-tuhan jahat disatukan dalam satu tuhan yang bernama Daruja Ahriman. Kitab suci mereka bernama Avesta. Menurut Zoroaster, antara tuhan baik dan tuhan jahat selalu bermusuhan. Sementara manusia menjadi tempat pertarungan antara kedua tuhan itu. Menurut ajaran Zoroaster, bahwa hidup ada dua, yaitu hidup di dunia dan hidup di akhirat.

Filsafat Zoroaster adalah berfokus pada pembahasan tentang nafs. Menurut agama Zoroaster bahwa Nafs Insan diciptakan tuhan, kemudian dapat mencapai kehidupan abadi yang berbahagia apabila ia sanggup memerangi kejahatan di atas muka bumi ini. Tuhan memberikan kebebasan memilih antara baik dan jahat. Dalam diri manusia terdapat berbagai kekuatan, seperti daya rasa, daya hidup, daya akal, daya ruh, daya jaga dan sebagainya.

E.     Agama Almanuwiyah
Diantara agama yang termasyhur di Persia, yaitu aliran Almanuwiyah yang diciptakan oleh pemimpinnya yang bernama Manu atau Many pada tahun 215 M. Mazhab Almanuwiyah banyak berkembang di Asia dan Eropa. Ajaran-ajarannya yaitu campuran ajaran agama Zoroaster dengan ajaran agama Nasrani.

F.     Mazdak
Sekitar tahun 48 M lahirlah di Persia seorang ahli filsafat (pengikut Many) yang bernama Mazdak, ia membawa faham baru dengan agama dua tuhan; tuhan cahaya dan tuhan gelap. Adapun yang membedakan ia dengan gurunya, yaitu dalam hal ajaran yang mirip dengan komunisme, yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan sama, karena itu haruslah hidup sama pula. Persamaan yang terpenting, yaitu dalam hal memiliki harta dan wanita. Menurut Mazdak, pangkal perselisihan adalah harta dan wanita. Oleh karena itu terhadap wanita dan harta tidak boleh ada pemiliknya yang khas; keduanya adalah milik bersama.

c. Suku-Suku atau Golongan yang Berkembang
Kawasan Timur Tengah didiami oleh banyak jenis suku bangsa seperti suku Arab, suku Persia, Yunani, Yahudi, Berber, Assyria, Kurdi, dan Turki. Suku yang mendominasi adalah suku Persia, yang tersebar di Iran, Afghanistan, Uzbekistan, dan beberapa negara di sekitarnya. Suku yang di Iran ini merupakan keturunan dari suku bangsa Arya Eropa yang hijrah ke kawasan Asia Tengah hingga mencapai Iran. Letak kawasan Timur Tengah yang strategis tersebut menyebabkan potensi budaya-budaya setempat untuk bersinggungan dengan budaya lain serta nilai-nilai modernitas pun sangat besar, dan hal ini kemudian memicu mereka menjadi lebih maju dalam banyak hal. Selain modernisasi budaya mereka juga melakukan modernisasi pada cara hidup mereka yang terlihat pada peralatan hidup yang semakin canggih dan banak dari mereka yang melakukan mobilitas keluar guna mendapatkan pendidikan umum di negara lain. jadi proses modernisasi memiliki kekuatan untuk mengubah jalan hidup pribadi masyarakat
Ahli sejarah membagi penduduk di kawasan Timur Tengah, Arab, sebagai berikut:
1.      Arab Baidah atau Bangsa Arab yang telah punah. Yaitu orang-orang yang telah lenyap jejaknya dan tidak diketahui lagi. Kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab suci, seperti kaum Ad dan Samud. Diantara kabilah mereka yang terkenal adalah Ad, Samud, Ahasam, Jadis dan Jurham.
2.      Arab Baqiyah atau bangsa Arab yang masih lestari, dan mereka terbagi dalam dua kelompok, yaiu sebagai berikut:
a.     Arab Aribah, yaitu kelompok Qathan, dan tanah air mereka adalah yaman. Diantara kabilah-kabilah merek yang terkenal adalah Jurham, Ya’rab, dan dari Ya’rab inilah lahir suku-suku Kahlan dan Himyar.
b.      Arab Musa’ribah, mereka adalah sebagian besar penduduk Arabia, dari dusun sampai ke kota. Yaitu mereka yang mendiami bagian tengah jazirah Arabia dan negeri Hijaz sampai ke lembah Syiria. Mereka dinamakan Arab Musta’ribah karena pada waktu Jurham dari suku Qathaniah mendiami Makkah, mereka tinggal bersama dengan nabi Ibrahim As. Serta ibunya, dimana kemudian Ibrahim dan putra-putranya mempelajari bahasa Arab. [9]
Dan dari merekalah kemudian timbul bermacam kaum dan suku Arab, termasuk kaum Quraisy, yang tumbuh dari induk suku Adnan.



[1] Ibid. hal. 58-60
[2] Pengecualian: bahsa aram digunakan sebagai bahasa esoteric, bahasa suci oelh sedikit orang di syiria dan irak. Ibrani adalah bahasa suci kitab suci kaum yahudi, dimana kebanyakan orang yahudi membaca tauratnya. Sementara bahasa daerah orang yahudi arab adalah bahasa arab, dan orang yahudi arab ini merupakan dua pertiga penduduk yahudi di Israel, orang yahudi eropa dan amerika menggunakan bahasa inggris dan bahasa eropa sebagai bahasa daerah mereka. Ibid.
[3] Ibid. hal. 59
[4] Syalabi, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Al-husna Zikra, 1997. Hal 59-60
[5] Ibid
[6] Ibid. hal. 63-64
[7] Al-faruqi, Ismail Raja’. Op. cit. hal 82
[8] Ibid. hal. 48
[9] Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.






Demo Blog NJW V2 Updated at: Selasa, Januari 06, 2015

0 komentar:

Posting Komentar