Sikap Orang ‘Arif Ketika Dianugerahi Ahwal Tajrid dan Ahwal Isytighal

Posted by

Sikap orang ‘arif ketika dianugerahi Ahwal tajrid dan Ahwal Isytighal

Mutiara Hikmah ke-2

إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ إِقَامَةِ اللّٰهِ إِيَّاكَ فِى الأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ،
وَإِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللّٰهِ إِيَّاكَ فِى التَّجْرِيْدِ انْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَالِيَةِ

Keinginanmu untuk lepas dari kesibukan duniawi, padahal Allah telah menempatkanmu di sana, termasuk syahwat yang tersamar. Dan keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan urusan duniawi, padahal Allah telah melepaskanmu dari itu, sama saja dengan mundur dari tekad luhur.

- Ibn ‘Atha’illah al-Iskandari -


TAJRID adalah sebuah kondisi di mana seseorang tidak memiliki kesibukan duniawi. Sebaliknya, isytighal adalah sebuah kondisi di mana seseorang memiliki kesibukan duniawi. Dan yang dimaksud kesibukan duniawi adalah kesibukan-kesibukan yang tujuan akhirnya bersifat keduniaan, seperti bekerja atau berdagang.

Keinginan untuk menjauhi semua sarana penghidupan duniawi dan tidak mau berpayah-payah dalam menjalaninya, padahal Allah telah menyediakan semua sarana itu untuk kau jalani, bahkan saat menjalaninya pun agamamu tetap terjaga, sifat tamak tetap jauh darimu, ibadah lahir dan keadaan batinmu juga tidak terganggu, maka keinginan semacam itu termasuk syahwat yang tersamar.

Dianggap ‘syahwat’ karena kau tidak mau menjalani kehendak Tuhanmu dan lebih memilih kehendakmu sendiri. Disebut ‘tersamar’ karena sekalipun pada lahirnya keinginanmuialah menjauhi dunia dan mendekatkan diri kepada Allah, namun keinginan batinmu yang sebenarnya ialah agar mendapatkan popularitas dengan ibadah dan kewalianmu supaya orang-orang mendatangimu dan menjadikanmu panutan. Untuk itulah, kau pun rela meninggalkan apa yang telah menjadi kebiasaanmu, yaitu mencari penghidupan dunia.

Sebaliknya, keinginanmu untuk bekerja dan berusaha keras mencari penghidupan dunia, padahal Allah telah menyediakannya untukmu dengan mudah tanpa harus bersusah payah, misalnya dengan dipenuhinya semua sandang dan panganmu, dan kau pun tetap merasa tenang dan damai meski kekurangan, dan bahkan kau bisa terus beribadah dengan tekun, maka sikap seperti itu sam saja dengan mundur dari tekad luhur. Karena, kau sekarang cenderung bergantung kepada makhluk, padahal sebelumnya kau bergantung kepada sang Khalik.

Sebenarnya, berbaur dengan orang-orang yang sibuk mengurusi dunia saja sudah cukup membuat tekad luhurmu ternodai. Oleh karena itu, yang wajib bagi para salik (peniti jalan menuju Allah) ialah tetap diam di tempat yang telah ditetapkan dan diridhai oleh Allah untuknya, sampai Allah sendiri yang akan mengeluarkannya dari tempat itu. Hendaknya ia keluar sendiri dari sana atas kehendak sendiri atau karena bisikan setan sehingga ia akan tercebur ke lautan keterasingan dan jauh dari Allah, na’udzu billah.
_________________________________
Ulasan :
Syekh 'Abdullah asy-Syarqawi.
(Grand Syekh Universitas Al-Azhar Kairo, dan Mufti mazhab Syafi'i)




Demo Blog NJW V2 Updated at: Minggu, Januari 11, 2015

0 komentar:

Posting Komentar