Konsep Islam Tentang Alam

Posted by

Konsep Islam Tentang Alam

Seorang muslim harus memahami konsep alam semesta yang Allah ciptakan ini. Tujuan memahami Alam semesta ialah semata-mata agar seorang muslim sadar akan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah. Adanya alam merupakan bentuk kausalitas yang membuktikan adanya Sang Pencipta, Al-Qur'an menjabarkan tentang penciptaan alam semesta ini dengan sangat tegas, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surah Az-Zumar ayat 5 dan surah Saad ayat 27:

[QS. az-Zumar (39):5]

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. [QS. az-Zumar (39):5]

[QS. Saad (38):27]

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”. [QS. Saad (38):27]

Berdasarkan ayat-ayat di atas, Islam memandang alam sebagai sesuatu yang benar dan berjalan menurut waktu yang ditentukan. Islam memaknai kehidupan dunia sebagai jalur untuk kehidupan akhirat yang abadi.

Dalam bahasa Arab, kata âlam berkaitan dengan kata ‘ilm yang berarti ‘pengetahuan’, dan ‘alâmah yang berarti ‘tanda’. Kata âlam dengan ‘ilm ini menunjukkan bahwa faedah yang berada di alam bisa didapatkan bila manusia memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Persinggungan kata âlam dengan ‘alâmah menjelaskan alam semesta ini menjadi ayat-ayat Allah dan sumber pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran itu ialah meyakini adanya Dzat yang menciptakan seluruh alam semesta ini, yaitu Allah.

Allah menciptakan alam ini lengkap dengan hukum-hukum yang mengaturnya. Hukum alam seperti matahari terbit di barat dan tenggelam di timur, pergantian waktu siang malam, dan sebagainya adalah ketentuan-ketentuan yang mesti harus ada, karena apabila ketentuan-ketentuan tersebut tidak ada, maka akan mengakibatkan ke-tidak seimbang-an dan kehancuran. Allah berfirman dalam surah Al-Furqân ayat 2:

[QS. al-Furqan (25):2]

“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. [QS. al-Furqan (25):2]


Kedudukan alam sebagai ayat Allah.
Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah (ayat-ayat Allah) adalah adanya alam semesta ini. Banyak sekali firman Allah dalam Al-Qur’an yang menunjuk alam semesta ciptaan-Nya sebagai ayat-ayat-Nya (tanda bukti kekuasaan dan kemurahan-Nya)[1]. Jika diperhatikan, dalam ayat-ayat Allah ini terdapat kalimat  “penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” yang berarti pergantian siang dan malam adalah sebagai salah satu ayat-ayat Allah di alam semesta ini.. Sebagaimana firman Allah pada surah Ali ‘Imran ayat 190-191:
[QS. Ali Imran (3):190]
[QS. Ali Imran (3):191]

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. [QS. Ali Imran (3):190-191]

“Tingkat membaca yang paling baik” untuk kitab alam raya adalah membaca fenomena alam dengan menembus batas-batas penelitian ilmiah dengan berbagai unsur dan sarananya serta menembus alam teori dan hukum sains. Ia akan mengantarkan kita untuk memahami bahwa semua ilmu yang membahas fenomena alam, sebenarnya adalah ilmu yang membahas tentang kekuasaan Allah di alam raya ini dan yang bersandar pada nama-nama Allah yang terbaik (asma’ al-husna)[2].

Allah memperlihatkan keagungan-Nya melalui ciptaan-Nya. Allah mengingatkan juga keperkasaan dan kekuasan-Nya terhadap seluruh makhluk. Alam semesta beserta keluasan dan keteraturannya yang tak terjangkau akal ini harus dipandang sebagai pertanda akan adanya Allah, karena hanya Yang Tak Terhingga serta Unik sajalah yang dapat menciptakannya[3]. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiyaa’ ayat 30:


[QS. al-Anbiya (21):30].
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”. [QS. al-Anbiya (21):30]

Dalam potongan ayat ini, terdapat أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضِ كَانَتَارَتْقًا “bahwasanya langit dan bumi itu dahulu adalah sesuatu yang padu (menyatu)”, yang mempunyai arti pada langit dan bumi seluruhnya saling bertautan dan tersusun antara satu sama lain. Allah memiliki tanda-tanda kekuasaan yang menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Ayat-ayat Allah sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya juga terdapat pada surah Adz-Dzaariyaat ayat 47 dan surah Al-Ghaasyiyah ayat 17-20:


[QS. az-Zariyat (51):47]

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”. [QS. az-Zariyat (51):47]

[QS. al-Ghasyiah (88):17]

[QS. al-Ghasyiah (88):18]

[QS. al-Ghasyiah (88):19]

[QS. al-Ghasyiah (88):20]

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”. [QS. al-Ghasyiah (88):17-20]


Kekuhuan Alam
Fakta bahwa Al-Qur’an membicarakan fenomena ilmiah yang belum dipahami untuk tingkat pengetahuan pada masa Rasulullah merupakan keajaiban tersendiri. Saat mencoba menegaskan keistimewaan Al-Qur’an, kita sering menekankan bahwa Al-Qur’an, 1400 tahun yang lalu, menyebutkan fakta-fakta ilmiah yang baru menjadi menjadi jelas beberapa tahun belakangan, atau kalau tidak pada abad ke-20[4]. Salah satu fakta ilmiah yang menegaskan bahwa Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang. Allah berfirman dalam surah Ar-Rad ayat 2:


[QS. ar-Ra'd (13):2]

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ´Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu”. [QS. ar-Ra'd (13):2]

Allah juga berfirman dalam surah An-Naziyaat ayat 27-33:


[QS. an-Naziat (79):27]

[QS. an-Naziat (79):28]

[QS. an-Naziat (79):29]

[QS. an-Naziat (79):30]

[QS. an-Naziat (79):31]

[QS. an-Naziat (79):32]

[QS. an-Naziat (79):33]

“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”. [QS. an-Naziat (79):27-33]

Langit menggambarkan bahwa ada kekuatan dan kekukuhan. Langit adalah bangunan yang kuat, kokoh, dan saling menguatkan di antara bagian-bagiannya. Keteraturan dua keadaan yang berupa gelap dan terang, malam dan siang, adalah suatu kebenaran yang terlihat oleh setiap orang.

Dalam وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَاهَ  artinya membentangkan dan menghamparkan permukaannya, sehingga ia layak dilewati di atasnya dan pembentukan tanahnya layak untuk ditumbuhi tumbuh-tumbuhan. Dipancangkannya gunung-gunung menjadikan kokohnya lapisan atas bumi.

Allah membuat keseimbangan untuk meninggikan langit tanpa tiang penyangga dan hanya Allah-lah yang dapat membuat keseimbangan itu agar tidak lenyap. Allah berfirman dalam surah Fathiir ayat 41 dan surah Qaf ayat 6:


[QS. Fatir (35):41]

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. [QS. Fatir (35):41]

[QS. Qaf (50):6]

“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?”. [QS. Qaf (50):6]



[1] Ruskanda, S. Farid, et al. (1994). Rukyah dengan Teknologi: Upaya Mencari Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal.  Jakarta: Gema Insani Press. Hlm 60.
[2] Pasya, Ahmad Fuad. (2004). Dimensi Sains Al-Qur’an: Menggali Kandungan Ilmu Pengetahuan dari Al-Qur’an (Rahiq Al-‘Ilmi wa Al-Iman) (Muhammad Arifin, Penerjemah). Solo: Tiga Serangkai. Hlm 30.
[3] Rahman, Fazlur. (1983). Tema Pokok Al-Qur’an. Bandung: Pustaka. Hlm 101.
[4] Taslaman, Caner. (2006). Miracle of The Qur’an: Keajaiban Al-Qur’an  Mengungkap Penemuan-Penemuan Ilmiah Modern (Ary Nilandari, Penerjemah). Bandung: Mizan. Hlm 113.



Demo Blog NJW V2 Updated at: Senin, Januari 12, 2015

0 komentar:

Posting Komentar