6.
Periodisasi
Sejarah
Sejarah berjalan
dari masa lalu, ke masa kini dan melanjutkan perjalanannya ke masa depan. Dalam
perjalanannya, unit sejarah selalu mengalami pasang surut dalam interval yang
berbeda-beda. Di samping itu, dalam mempelajari sejarah yang sudah berjalan
cukup panjang, kita akan mengalami kesulitan jika tidak membagi sejarah ke
dalam beberapa periode, di mana setiap periode merupakan satu kebulatan untuk
satu jangka waktu tertentu. Rangkaian dari periode sejarah yang termuat dalam
satu kerangka inilah yang dinamakan periodisasi sejarah.
Para ahli
sejarah memberikan identifikasi khusus yang berbeda-beda untuk menetapkan suatu
periode sejarah. Sebagaimana diuraikan sebagai berikut:[1]
1. Berdasarkan bentuk negara atau
sistem politik yang dianut oleh suatu pemerintahan, dengan alasan persoalan
politik sangat menentukan perkembangan aspek-aspek peradaban tertentu.
2. Berdasarkan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi, dengan alasan faktor ekonomi sangat berperan dominan
dalam mendorong terjadinya proses integrasi suatu masyarakat. Ekonomi juga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi integrasi sosial, politik, budaya
dan sebagainya.
3.
Berdasarkan tingkat kemajuan
peradaban (civilization).
4.
Berdasarkan tingkat kemajuan
kebudayaan (culture).
5.
Berdasarkan masuk dan
berkembangnya suatu agama.
Menurut Ahmad
al-Usairy dalam At-Tarikh Al-Islamy, menyebutkan
periodisasi sejarah Islam secara lengkap dapat dibagi dalam periode-periode
sebagai berikut[2]:
1.
Periode Klasik (masa Nabi Adam –
sebelum diutusnya Rasulullah saw). Periode ini merupakan fase sejarah sejak
Nabi Adam dan dilanjutkan dengan masa-masa para nabi hingga sebelum diutusnya
Rasulullah saw.
2. Periode Rasulullah saw (570 - 632
M / 52 SH – 11 H). Dalam periode ini diuraikan tentang berdirinya negara Islam
yang dipimpin langsung oleh Rasulullah dan menjadikan Madinah sebagai awal
pusat semua aktifitas negara yang kemudian meliputi semua jazirah Arab. Sejarah
pada periode ini merupakan sejarah yang demikian indah yang seharusnya
dijadikan contoh oleh kaum muslimin, baik penguasa maupun rakyat biasa.
3. Periode Khulafaur Rasyidin (632 –
661 M / 11 H – 41 H).Pada masa ini terjadi penaklukan-penaklukan oleh umat
Islam di Persia, Syiria, Mesir, dan lain-lain. Pada periode Khulafaur Rasyidin
ini, umat betul-betul berada dalam manhaj Islam yang benar.
4. Periode Pemerintahan Bani Umayyah
(661 – 749 M / 41 H – 132 H). Pada masa ini pemerintahan Islam mengalami
perluasan yang demikian signifikan. Hanya ada satu khalifah dalam pemerintahan
Islam yang demikian luasnya itu. Sayangnya, komitmen kepada syariat Islam
mengalami sedikit kemerosotan dibandingkan periode sebelumnya.
5.
Periode Pemerintahan Bani
Abbasiyah (749 – 1258 M / 132 H – 656 H). Periode ini memiliki karakter khusus
yang ditandai dengan kemunculan beberapa pemerintahan dan kerajaan yang
independen, di mana sebagiannya telah memberikan kontribusi yang besar terhadap
Islam. Masa ini juga banyak ditandai dengan munculnya gerakan kebatinan dan
pemerintahan Syi’ah. Pada masa ini pula muncul gerakan Perang Salib yang
dilakukan oleh negara-negara Eropa yang menaruh kebencian dan dendam pada
negara-negara Islam di kawasan Timur. Pemerintahan Abbasiyah hancur bersamaan
dengan penyerbuan orang-orang Mongol yang melumatkan pemerintahan Bani
Abbasiyah ini.
6.
Periode Pemerintahan Mamluk (1250
– 1517 M / 648 H – 923 H). Goresan sejarah Islam paling penting di masa ini
adalah berhasil dibendungnya gelombang penyerbuan pasukan Mongol ke beberapa
belahan negara Islam. Juga berhasil dihabiskannya eksistensi kaum Salibis dari
negara Islam.
7. Periode Pemerintahan Turki
Utsmani (1517 1923 M / 923 H – 1342 H). Pada awal pemerintahannya, periode
Turki Utsmani telah berhasil melakukan ekspansi wilayah Islam, terutama di
kawasan Eropa Timur. Pada saat itu Hongaria berhasil ditaklukkan, demikian pula
dengan Albania, Yunani, Rumania, Serbia dan Bulgaria. Pemerintahan Turki
Utsmani juga telah mampu melebarkan kekuasaannya ke kawasan timur wilayah
Islam. Namun pada masa akhir
pemerintahan, kaum kolonial berhasil menaburkan benih pemikiran nasionalisme.
Kemudian pemikiran ini menjadi pemicu hancurnya pemerintahan Islam serta
terkoyak-koyaknya kaum muslimin menjadi negeri-negeri kecil yang lemah dan
terbelakang serta jauh dari agama
mereka.
8. Periode Dunia Islam Kontemporer
(1922 – 2000 M / 1342 – 1420 H). Periode ini merupakan masa sejarah umat Islam
sejak berakhirnya masa Pemerintahan Turki Utsmani hingga perjalanan sejarah
umat Islam pada masa sekarang.[3]
Menurut Prof.
Dr. Harun Nasution, sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu
Periode Klasik, Periode Pertengahan dan
Periode Modern[4].
A.
Periode Klasik (650 – 1250 M). Periode Klasik
ini dapat pula dibagi ke dalam dua masa; Masa Kemajuan Islam I dan Masa
Disintegrasi.
1.
Masa Kemajuan Islam I (650 – 1000
M)
Masa
ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Dalam hal ekspansi,
sebelum Rasulullah saw wafat pada tahun 632 H, seluruh semenanjung Arabia telah
tunduk di bawah kekuasaan Islam. Ekspansi ke daerah-daerah di luar Arab dimulai
pada zaman khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shidiq.
I.
Khulafaur Rasyidin
Khalifah
pertama, Abu Bakar ash-Shidiq memerintah pada tahun 632 M, tetapi dua tahun
kemudian beliau meninggal dunia. Masanya yang singkat itu digunakan untuk
memerangi kaum muslimin yang murtad setelah Rasulullah saw wafat dan mereka
tidak mau tunduk kepada khalifah. Setelah perang tersebut, Abu Bakar mulai
mengirim kekuatan-kekuatan ke luar jazirah Arab. Khalid bin Walid dikirim ke
Irak dan dapat menguasai al-Hirah pada 634 H.
Usaha-usaha
yang dimulai oleh Abu Bakar ash-Shidiq dilanjutkan oleh khalifah kedua, Umar
bin Khattab (634 – 644 M). Dizamannyalah gelombang ekspansi pertama terjadi,
sehingga kekuasaan Islam telah meliputi selain Semenanjung Arabia, juga
Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
Pada
zaman Usman bin Affan (644 – 656 M), Tripoli, Ciprus dan beberapa daerah lain
dapat dikuasai, namun gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini. Di
kalangan umat Islam mulai terjadi kekacauan dan perpecahan karena masalah
pemerintahan yang menyebabkan Khalifah Usman bin Affan wafat terbunuh.
Sebagai
khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib (656 – 661 M) mendapat tantangan dari Muawiyah,
gubernur Damaskus, dari golongan Thalhah dan Zubair di Mekkah dan dari kaum
Khawarij. Khalifah Ali bin Abi Thalib wafat terbunuh dan Muawiyah menjadi
khalifah kelima yang kemudian membentuk Dinasti Umayyah.
II.
Bani Umayyah
Dinasti
Bani Umayyah yang didirikan Muawiyah bin Abi Sufyan berusia kurang lebih 90
tahun dan di zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman khalifah sebelumnya,
dimulai kembali. Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman ini adalah Spanyol,
Afrika Utara, Syiria, Palestina Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia
Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenia,
Uzbek dan Kirgis (di Asia Tengah). Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah
inilah yang membuat Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan
berbagai bangsa di bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan
peradaban Islam yang baru, walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan
perhatian kepada kebudayaan Arab. Perubahan bahasa administrasi dari bahasa
Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik, sehingga
orang-orang bukan Arab telah mulai pandai berbahasa Arab.
Itulah
diantara kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Bani Umayyah yang mencapai
puncaknya pada masa al-Walid I. Setelah itu kekuasaan mereka menurun hingga
akhirnya ditumbangkan oleh Bani Abbasiyyah di tahun 750 M.
III.
Bani Abbasiyah
Walaupun
Abu al-Abbasiyah yang mendirikan dinasti Abbasiyah, tetapi yang menjadi
pembangun sebenarnya adalah al-Mansur (754 – 775 M). Sebagai khalifah yang baru
Al-Mansur merasa kurang aman berada di tengah-tengah Arab, sehingga ia mendirikan
ibukota baru sebagai ganti Damaskus, Baghdad didirikan di dekat bekas ibukota
Persia, Ctesiphon. Dalam bidang pemerintahan, al-Mansur mengadakan tradisi baru
dengan mengangkat wazir yang membawahi kepala-kepala departemen.
Pada
masa Khalifah Harun al-Rasyid, didirikan rumah sakit, pendidikan dokter,
farmasi hingga pemandian-pemandian umum. Anaknya, al-Ma’mun meningkatkan
perhatian pada ilmu pengetahuan. Ia mendirikan Baitul Hikmah sebagai pusat pendidikan, menerjemahkan buku-buku
kebudayaan Yunani dan mendirikan sekolah-sekolah. Pada masanya, Baghdad mulai
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Khalifah
al-Mu’tashim mendatangkan orang-orang Turki untuk menjadi tentara pengawalnya.
Dengan demikian pengaruh Turki mulai masuk ke pemerintahan Bani Abbasiyah.
Tentara Turki ini kemudian menjadi sangat berkuasa di istana sehingga
khalifah-khalifah pada akahirnya hanya menjadi boneka di tangan mereka.
Khalifah
terakhir dari dinasti Bani Abbasiyah adalah al-Mu’tashim Billah. Pada masa ini
Baghdad dihancurkan oleh Hulagu dari Mongol pada tahun 1258 M. Dengan demikian,
apabila Bani Umayyah dengan Damaskus sebagai ibukotanya, kental dengan
kebudayaan Arab, Bani Abbasiyah dengan ibukota Baghdad, telah agak jauh dari
pengaruh Arab, karena telah banyak dipengaruhi oleh unsur Persia.
2.
Masa Disintegrasi (1000 – 1250 M)
Disintegrasi
dalam bidang politik sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman Bani
Umayyah, namun memuncak pada zaman Bani Abbasiyah terutama setelah
khalifah-khalifah menjadi lemah dalam tangan tentara pengawal Turki.
Daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat pemerintahan, kemudian melepaskan
diri dan membentuk dinasti-dinasti kecil. Disintegrasi dalam bidang politik ini
membawa pada disintegrasi dalam bidang kebudayaan dan agama yang menyebabkan
perpecahan di kalangan umat Islam menjadi besar. Dengan adanya daerah-daerah
yang berdiri sendiri itu, selain Baghdad timbul beberapa pusat kebudayaan lain terutama
Kairo di Mesir, Cordova di Spanyol, Isfahan, Bukhara dan Samarkand di Timur
sehingga menyebabkan bahasa Persia meningkat menjadi bahasa kedua di dunia
Islam.
B.
Periode
Pertengahan (1250 – 1500 M)
1.
Masa Kemunduran I (1250 – 1500 M)
Pada
zaman ini Jenghiz Khan dan keturunannya dari Mongolia datang menghancurkan
Islam. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam jatuh ke tangannya. Pada masa ini
desentralisasi dan disintegrasi dalam dunia Islam semakin meningkat. Di zaman
ini pula hancurnya khilafah secara formal. Islam tidak lagi mempunyai khalifah
yang diakui oleh semua umat sebagai lambing persatuan, hingga Kerajaan Usmani
mengangkat khalifah yang baru di Istanbul pada abad 16. Bagian yang merupakan
pusat dunia Islam, jatuh ke tangan bukan Islam untuk beberapa waktu, terlebih
dari itu, Islam lenyap dari Spanyol.
2.
Masa Tiga Kerajaan Besar (1500 –
1800 M)
a.
Fase Kemajuan (1500 – 1700 M)
Fase
kemajuan ini merupakan kemajuan Islam II. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah
Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di
India. Sultan Muhammad al-Fatih dari Kerajaan Usmani mengalahkan kerajaan
Bizantium dengan menduduki Istanbul di tahun 1453 M. Dengan demikian ekspansi
ke Barat berjalan lebih lancar. Kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni
yang merupakan sultan Usmani yang terbesar. Di masa kejayaannya, daerah
kekuasaan Kerajaan Usmani mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria,
Hijaz,Yaman, Mesir, Libia, Tunis, Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia,
Albania, Hongaria dan Rumania.
Di
Persia, muncul satu dinasti baru yang kemudian merupakan suatu kerajaan besar
di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi, Syaikh Safiuddin (1252 –
1334 M) dari Ardabil di Azerbaijan. Syaikh Safiuddin beraliran Syi’ah dan
mempunyai pengaruh besar di daerah itu. Cucunya, Syaikh Ismail Safawi dapat
mengalahkan dinasti-dinasti lain sehingga akhirnya Dinasti Safawi dapat
menguasai seluruh daerah Persia.
Kerajaan
Mughal di India yang beribukota di Delhi, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482
– 1530 M), salah seorang dari cucu Timur Lenk. Setelah menundukkan Kabul
(Afghanistan), ia menyeberang ke India pada tahun 1505 M hingga akhirnya Lahore
dan India Tengah dapat dikuasainya. Di India, bahasa Urdu meningkat menjadi
bahasa literatur dan menggantikan bahasa Persia. Gedung-gedung bersejarah yang
ditinggalkan di periode ini antara lain Taj Mahal, Benteng Merah,
masjid-masjid, istana-istana dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Akan
tetapi perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di
seluruh dunia Islam sedang mengalami kemerosotan. Dengan timbulnya Turki dan
India sebagai kerajaan besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki
dan bahasa Urdu juga mulai muncul sebagai bahasa penting dalam Islam. Kedudukan
bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan semakin menurun.
b.
Fase Kemunduran II (1700 – 1800
M)
Pada
masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam semakin menurun. Perdagangan
dan ekonomi umat Islam juga jatuh dengan hilangnya monopoli dagang antara Timur
dan Barat dari tangan mereka. Ilmu pengetahuan dalam keadaan stagnansi,
tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat, umat Islam dipengaruhi oleh
sikap fatalistis dan dunia Islam mengalami kemunduran dan statis.
Sementara
Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan laba dari
perdagangan langsung dengan Timur Jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi
Barat, yang kekuatannya bertambah besar ke dunia Islam yang didudukinya, kian
lama bertambah mendalam. Akhirnya pada tahun 1798 M, Napoleon menduduki Mesir,
yang merupakan salah satu pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke
tangan Barat, menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat
Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dan merupakan
ancaman bagi kehidupan Islam sendiri.
C.
Periode Modern
(1800 M – sekarang)
Periode
ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang
berakhir tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir akan
kemunduran dan kelemahan umat Islam saat ini di samping kemajuan dan kekuatan
Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk
mengembalikan keseimbangan kekuatan yang telah pincang dan membahayakan bagi
Islam.
Kontak Islam dengan
Barat saat ini sangatlah berbeda dengan saat periode klasik. Pada periode
klasik, Islam sangat gemilang dan Barat sedang berada dalam kegelapan.
Sedangkan pada masa modern ini, keadaan menjadi sebaliknya, Islam tampak dalam
kegelapan dan Barat tampak gemilang. Oleh karena itu, pada saat ini yang terjadi
justru sebaliknya, Islam yang ingin belajar dari Barat, lantaran
kemajuan-kemajuan bangsa Barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta
peradaban.
[2]
Ahmad al-Husairy, Sejarah Islam sejak
Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Terjemahan dari At-Tarikh al-Islamy), cetakan keempat (Jakarta: Akbar, 2006), h.
4-8.
[3]
Ahmad al-Husairy, menyebut periode Dunia Islam Kontemporer dimulai sejak tahun
1922-2000, karena penulisan buku Tarikh
al-Islamy yang ia tulis, diakhiri sampai kondisi umat Islam pada tahun
2000. Buku tersebut juga ditulis dan diterbitkan pada tahun 2000.
[4]
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI Press, 2011), h. 50.
Selesai.
Sebelumnya : 4. Pengertian Peradaban dan Kebudayaan
0 komentar:
Posting Komentar